KH. Shodiq Machmud

K.H. Sodiq Machmud, SH. Lahir di komplek Pondok Pesantren Sabilut Thoyyibah, Bugul Lor Pasuruan, pada 3 Maret 1925, dari pasangan suami istri: K.H. Machmud Shiddiq dan Nyai Hj. Jauharoh Makmunah.

Beberapa tahun kemudian, pindah ke Jember, bertempat di Jl. Gebang, rumah asal K.H.M. Ahmad Shiddiq.

Mula-mula belajar agama di Pesantren Talangsari Jember, antara lain diasuh oleh K.H. Machfud Shiddiq.

Sekitar tahun 1935-1942, nyantri di Tebuireng, asuhan Hadlratusy Shaykh K.H. Hasyim Asy’ari. Ketika di Tebuireng sudah sempat menjadi guru di Madrasah Pesantren.

Oran tuanya, K.H. Machmud Shiddiq adalah penghulu agama, pernah bertugas di Ambulu, Rambipuji dan terakhir Jember kota.

Kyai Sodiq, pada zaman Jepang, zaman serba sulit, bayangkan dari pesantren Tebuireng ke Jember. Ketika zaman perang gerilya, tahun 1947-1948, Kyai Sodiq adalah sosok pemimpin pasukan rakyat yang bergerilya melawan pasukan Belanda, dengan nama samaran pak Jampir. Teman akrab dalam perjuangan itu, antara Pak Jibun alias K.H. Abdullah Shiddiq (pamannya sendiri), H. Syaikh, pak Sulthon, Pak Asyik dan lain-lain. Wilayah gerilyanya adalah daerah kecamatan-kecamatan Mangli dan Rambipuji, terutama daerah Ajung, Curah Malang dan sekitarnya.

Tahun 1948, dalam situasi masih rawan melawan Belanda, Kyai Sodiq menikah dengan gadis pilihannya, Elok Mu'amanah, Gg.IV, Jl. Sultan Agung Jember, belakang Toko Mataram sekarang. Di akhir tahun 1948, dia ditengkap Belanda, dan ditahan di Lapas Kalisosok Surabaya, hampir satu tahun. Karena itu, ketika Nyai Elok Mu'amanah melahirkan anak pertamanya 2 Mei 1949, Liliek Istiqomah (kini, Hj. Liliek Istiqomah, SH, M.H, dosen Fakultas Hukum UNEJ), suami tercinta tidak ada di tempat karena masih ditahan Belanda di Surabaya.

Di pertengahan 1949, Kyai Sodiq bebas dari tahanan Belanda, kemudian memimpin Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), dan Ibu Nyai Elok Mu'amanah ikut aktif memimpin GPII Putri. Tahun 1950 menjadi anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPD) Kabupaten Jember dan Nyai Elok Mu'amanah menjadi anggota DPRD Kabupaten Jember.

Tahun 1955, menjadi anggota Pusrah Rawatan Rohani Angkatan Darat (Imam Tentara) yang bertugas di Kodim Jember. Ketika di Jember didirikan Universitas Tawang Alun (kini Universitas Jember), sambil tetap bertugas di Kodim Jember, ikut kuliah pada Fakultas Hukum UJ, lulus tahun 1964.

Karier sebagai guru di Tebuireng berlanjut di Jember. Mula-mula ikut mengajar di SMP Islam Talangsari, PGA (kini MAN II) Gebang dan guru agama di SMP II Jember.

Tahun 1964, Konferensi NU Cabang Jember, bertempat di Gedung PGA, memutuskan mendirikan perguruan tinggi, diberi nama Institut Agama Islam Djember (IAID). IAID tahun ajaran 1965 resmi berdiri, dan Kyai Sodiq ditunjuk sebagai Dekan Tanggal……1966, IAID dinegerikan menjadi Fak. Tarbiyah Jember, IAIN Sunan Ampel, oleh Menteri Agama Prof. K.H. Saifuddin Zuhri.

Ketika tahun 1966, kesatuan-kesatuan aksi menguasai gedung sekolah Cina (kini komplek pertokoan Mutiara), maka atas bantuan Mayor Moch. Syari'in (Kasdim Jember waktu itu), IAIN yang memang belum memiliki kampus, dipinjami oleh Kodim Jember gedung bekas sekolah Cina, untuk perkuliahan sampai tahun 1991, sebelum dipindahkan di kampus baru di Karang Mluwo Mangli, Jalan Jum'at (kini STAIN).

Tahun 1967, Kyai Sodiq sebagai Dekan IAIN mendirikan Sekolah Persiapan IAIN (kini, MAN I Jember), dan kepala sekolahnya diserahkan kepada Kyai Muchith Muzadi.

Tahun 1974, ditunjuk oleh Bupati Jember Kol. Abdul Hadi, sebagai Ketua MUI Kab. Jember – sampai 1997.

Mulai tahun 1963-1996, Kyai Sodiq sebagai ketua Takmir Masjid Al-Baitul Amin.

Sewaktu peng-Orba-an, Kyai Sodiq dibantu Kyai Muchith Muzadi aktif memberikan pengajian pada warga PTP XXVI. Keberhasilan pengajian ini, ditandai dengan berdirinya Masjid Al-Huda. Bahkan tulisan Arab yang berada di Mihrab Masjid maupun di teras masjid itu adalah tulisan Kyai Muchith Muzadi.

Menjadi pengurus NU (masih sebagai partai politik pada periode 1967-1971), bersama-sama K.H. Ali Yasin (ketua), K.H. Dzofir Salam (Wakil Ketua I), Kyai Sodiq (Wakil Ketua II) dan Kyai Muchith sebagai sekretaris. Ketika masa kampanye Pemilu 1971 berhadapan dengan golkarisasi yang keras, Kyai Sodiq adalah bintangnya NU Jember, waktu itu.

Konferensi NU tahun 1971, Kyai Dzofir menjadi Syuriah NU dan Kyai Sodiq sebagai Ketua Cabang. Namun ketika tahun 1972, ada keharusan pegawai negeri harus Korpri, maka jabatan ketua terpaksa diserahkan kepada NU cabang dan Kyai Sodiq kembali ke kampus sebagai dosen tetap Fak. Hukum. Pertengahan 1970-an pernah menjadi ketua jurusan Hukum Agraria. Ketika Universitas Jember merintis berdirinya Kampus Tegalboto, Kyai Sodiq juga mendapat tugas yang cukup strategis, sebagai salah seorang ketua panitia.

Ketika tahun 1984, Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) mendirikan Universitas Islam Jember (UIJ), Kyai Sodiq termasuk pendirinya, sempat ikut mengajar pada Fakultas-Fakultas Hukum dan Tarbiyah sampai tahun 1996. Sesudah itu tidak mengajar lagi, karena kesehatannya menurun.

1990, Kyai Sodiq pensiun sebagai PNS. Pengabdiannya kepada umat masih belum berakhir, karena pada hari Ahad Legi, 6 Rabiul Awal 1412 H bertepatan dengan 15 September 1991, Kyai Sodiq meresmikan berdirinya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jauhar, terletak di Jl. Nias III/5 Jember, pesantren miliknya.

Ketika NU mempelopori penerimaan Asas Tunggal Pancasila tahun 1983, Kyai Sodiq kembali aktif di NU. Karena hasil muktamar NU di Situbondo, NU ada dimana-mana dan tidak kemana-mana tidak terikat dengan partai meanapun, baik PPP, Golkar dan PDI. PNS boleh aktif di NU lagi sebagai Jam'iyah diniyah. Tahun 1989, Kyai Sodiq menjabat Syuri'ah NU Cabang Jember sampai wafatnya, pada tanggal 4 April 1998, dimakamkan di kuburan umum Cukil Gebang, bersebelahan dengan istrinya, Ny. Hj. Elok Mu'amanah yang meninggal 14 Januari 1983.

Kyai Sodiq Machmud meninggalkan enam putra-putri:
Hj. Liliek Istiqomah, SH., MH (Istri Dr. K.H. Sahilun A. Nasir, M.Pd.I), dosen Fak. Hukum UNEJ.
Dra. Hj. Wiwiek Istianah, M.Kes, M.Ed (Istri Dr. H. Achmad marba'ie, SH., M.S), dosen FKIP UNEJ.
H. Much. Lief Safiyullah, SH, MH (Hakim Pengadilan Tinggi di Pontianak).
Dra. Hj. Rini Istibanah, karyawati di UNEJ.
Dra. Hj. Tini Istifadah, (Kepala Sekolah T.K. Al-Amien), dan
Dhini Istidamah, SH, pernah bekerja di BTPN dan kini berada di Jakarta, mengikuti suaminya yang bekerja di Bank Mandiri Senayan.

Sepeninggal Kyai Sodiq, P.P. Al-Jauhar dikelola oleh. Dr. K.H. Sahilun A. Nasir, M.Pd.I, dibantu oleh beberapa Ustadz, yaitu: Ustadz Abdul Bari Husein, Drs. Marwan Mirwan, Drs. H.M. Syarbini Syam, Drs. H.M. Yusuf Ridlwan, M.Pd.I, Drs. Abdullah, M.HI, Drs. H. Mundzir Rosyadi, M.Pd. Jumlah santri yang diasuhnya dari 150-an santri, 90% adalah mahasiswa-mahasiswa Unej, Unmuh, IKIP-PGRI, Universitas Muh. Seruji, STE Mandala dan Poltek. Selebihnya adalah siswa SMA, SMEA Trunojoyo, STMN. Santri yang paling jauh berasal dari Irian Jaya dan Riau Kepulauan.

Tahun 1991, Kyai Sodiq diminta oleh Universitas Islam Malang (UNISMA) sebagai dosen senior pada Fak. Hukum dan menjadi anggota senat Universitas sampai wafatnya.